Pengertian Manajemen Dan Kepemimpinan

1.      Manajemen
Dalam pandangan apapun, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan, mulai dari urusan terkecil, seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan urusan terbesar, seperti mengatur urusan sebuah Negara. Semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat, dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
a.       Pengertian Manajemen
      Dari segi bahasa management berasal dari kata manage (to manage) yang berarti “to conduct or to carry on, to direct” (Webster Super New School and Office Dictionary), dalam Kamus Inggeris Indonesia kata Manage diartikan “Mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola” (John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia), Oxford Advanced Learner’s Dictionary mengartikan Manage sebagai “to succed in doing something especially something difficult….. Management the act of running and controlling business or similar organization” sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Manajemen diartikan sebagai “Proses penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran ”(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Adapun dari segi Istilah banyak para ahli telah memberikan pengertian manajemen, dengan formulasi yang berbeda-beda, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian manajemen guna memperoleh pemahaman yang lebih jelas.

     Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seluruh aktivitas yang dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada, jadi pada prinsipnya :
Ø  Manajemen merupakan suatu kegiatan.
Ø  Manajemen menggunakan atau memanfaatkan pihak-pihak lain.
Ø  Kegiatan manajemen diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
b.      Fungsi Manajemen
     Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen maka berikut diuraikan fungsi manajemen pendidikan sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
Mengenai fungsi-fungsi manajemen ini terdapat banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda satu sama lain di kalangan para ahli. Namun secara garis besar, fungsi-fungsi manajemen, yaitu:
        i.         Perencanaan (Planning)
          Perencanaan merupakan salah satu hal terpenting yang perlu dibuat untuk setiap usaha dalam rangka mencapai suatu tujuan. Karena seringkali pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan tanpa adanya perencanaan. Perancanaan sendiri adalah penentuan secara matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Anderson dan Bowman (1964) (dalam marno, Triyo Supriyatno 2008), mengatakan bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat keputusan bagi perbuatan di masa datang. Definisi ini meninsyaratkan bahwa pembuat keputusan merupakan bagian dari perencanaan, namun proses perencanaan dapat juga terpikir setelah tujuan dan keputusan diambil. [3]
       ii.        
                  Pengorganisasian (Organizing) 
           Istilah organisasi mempunyai dua pengertian utama. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan dan badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para naggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Pengorganisasian adalah pengaturan setelah ada rencana. Dalam hal ini diatur dan ditentukan tentang apa tugas pekerjaannya, macam/jenis serta sifat pekerjaan. Dalam pendapat lain, pengorganisasian adalah proses penentuan, pengelompokan dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (staf) pada kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi lingkungan (keperluan kerja).
Dengan demikian, dalam pandangan penulis, bahwa pengorganisasian merupakan fungsi administrasi yang dapat disimpulkan sebagai kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Pengorganisasian yang baik memungkinkan semua bagian dapat bekerja dalam keselarasan dan akan menjadi bagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan.
    iii.            Penggerakan (Actuating)
Penggerakan pada dasarnya merupakan fungsi manajemen yang komplek dan ruang lingkupnya cukup luas serta berhubungan erat dengan sumber daya manusia. Penggerakan merupakan salah satu fungsi terpenting dalam menejemen. Penggerakan adalah hubungan erta antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan dari adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat dimengerti dan pembagian kerja yang efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikan yang nyata. Sedangkan Terry (1986) mendefinisikan actuating sebagai usaha menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan dan sasaran anggota perusahaan, karena para anggota ingin  mencapai   sasaran-sasaran tersebut. 
    iv.            Pengawasan (Controlling)
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan, walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. Menurut Murdick pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasanya suatu organisasi. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) mengukur pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan standar dan rencana. 
2.      Kepemimpinan
a.       Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Soepardi mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang paling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya; adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.
B.     Konsep Kepemimpinan Dalam Islam
Kata-kata pemimpin atau Leadership merupakan muatan nilai. Kita biasanya memikirkan kata tersebut dengan positif, yaitu seseorang yang mempunyai kapasitas khusus. Sebagaian besar dari kita akan menjadi seorang pemimpin dari pada seorang manajer, atau seorang pemimpin dari pada seorang politikus. Sering kata leadership mengacu pada peran daripada perilaku.
Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Tetapi bagi kita, secara mendasar leadership berarti memengaruhi orang. Ini merupakan definisi yang luas dan termasuk di dalamnya bermacam-macam perilaku yang diperlukan untuk memengaruhi orang lain. Sebagaian besar perspektif leadership memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin memimpin pada dasarnya memengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai pihak yang dipengaruhi.
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang artinya adalah orang yang berada di depan dan memiliki pengikut, baik orang tersebut menyesatkan atau tidak. Ketika berbicara kepemimpinan maka ia akan berbicara mengenai perihal pemimpin, dan lain sebagainnya
1.      Pandangan Islam tentang kepemimpinan
Kepemimpinan bukan suatu yang istemewa, tetapi tanggung jawab, ia bukan fasilitas tetapi pengorbanan, juga bukan untuk berleha-leha tetapi kerja keras. Ia juga bukan kesewenangan-wenangan bertindak tetapi kewenangan melayani. Kepemimpinan adalah berbuat dan kepeloporan bertindak.
Imam dan khalifah adalah dua istilah yang digunakan Alquran untuk menunjuk pemimpinan. Kata imam terambil dari kata ammayaummu, yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Kata khalifah berakar kata khalafa, yang pada mulanya berarti “dibelakang” seringkali juga diartikan “pengganti”, karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang digantikannya.
Jika diperhatikan teori-teori tentang fungsi dan pean seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan pleh pemikir-pemikir dari dunia barat, maka kita akan hanya menemukan bahawa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horixontal semata.
Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertical. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan (planning and decision maker), pengorganisasian (organization). Kepemimpinan dan motivasi (leading and motivation), pengawasan (controlling) dan lain lain.
At-abrasi dalam tafsirnya mengemukakan bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja kata imam digunakan untuk keteladanan. Karena ia memperoleh dari kata yang mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata belakang.
 Kita dapat berkata bahwa Alquran menggunakan kedua istilah ini, untuk menggambarkan ciri seorang pemimpin, sekali di depan menjadi penutan. Ing ngarso sun tulodo. Dan dalam arti lain di belakang untuk mendorong sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh yang dipimpinnya, atau tut wuri handayani .
Para pakar, setelah menelusuri Alquran dan Hadits menetapkan empat sifat yang harus dipenuhi oleh para nabi yang pada hakikatnya adalah pemimpin umatnya, yaitu
a.       Ash-Shidq yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, serta berjuang melaksanakan tugasnya.
b.      Al-Amanah atau kepercayaan, yang menjadikan dia memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun dari orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak.
c.       Al-Fathanah yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun
d.      At-Tablig yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau dapatdiistilahkan dengan keterbukaan
Dalam surat Al-Baqarah ayat 124, diuraikan tentang pengangkatan Nabi Ibrahim sebagai imam/Pemimpin :

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
            Ada dua hal yang wajar yang perlu diperhatikan menangkut surah Al-Baqarah ayat 124 di atas. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi juga merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT, atau dengan kata lain, amanat dari Allah. Karena itu pila, ketika sahabat nabi, Abu Dzarr, meminta suatu jabatan, Nabi Muhammad SAW bersabda: kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kemudian (bila disia-siakan).
Kedua, kepemimpinan menuntut keadilan, karena keadilan adalah lawan penganiayaan yang dijadikan syarat oleh ayat diatas, dan keadilan tersebut harus dirasakan oleh semua pihak. Dalam ayat lain yang membicarakan tentang kepemimpinan yang baik, ditemukan lima sifat pokok yang hendaknya dimiliki oleh pemimpinan/imam. Kelima sifat tersebut tertuang dalam dua ayat, yaitu dalam Surah As-Sajdah ayat 32:

24. dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.
Dan surah Al-Anbiyah ayat 74. Sifat-sifat dimaksud adalah:

73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,
Dari dua ayat diatas daapat diambil beberapa point diantaranya:
-          Kesabaran dan ketabahan, kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin ketika mereka tebah/sabar
-          Yahduna bi amrina, mengantar masyarakatnya ke tujjuan yang sesuai dengan petunjuk kami (Allah)
-          Wa auhaina ilaihin fi’lal khairat (telah membudaya pada diri mereka kebajikan)
-          Abidin (beribadah, termasuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat)
-          Yuqinun (penuh keyakinan)
Apabila amanat diabaikan, maka kehancuran akan tiba. Mengabaikannya adalah menyerahkan tanggung jawab kepada seseorang yang tidak wajar memikulnya, demikian salah satu jawaban arti amanat.
Tidak terhimpun dalam diri seseorang kedua sifat tersebut secara sempurna, tetapi jikapun harus memilih, maka pilihan yang paling sedikit kekurangannya, dan lakukan pilihan setelah upaya bersungguh-sungguh untuk mendapatkan yang terbaik. Ketika Imam Ahmad Ibnu Hambal ditanya tentang dua orang dicalonkan untuk memimpin satu pasukan – yang pertama kuat tetapi bergelimang dalam dosa dan yang kedua baik keberagamannya namun lemah- beliau menjawab: “orang pertama, dosanya dipikulnya, sendiri sedangkan kekuatannya mendukung kepentingan umat; dan orang kedua keberagamannya untuk dirinya, sedangkan kelemahannya menjadi petaka bagi yang dipimpin”. Inilah pertimbangan dalam menetapkan pilihan.
Kita boleh dalam menetapkan pilihan kita, tetapi ingatlah selalu sabda Rasul: “siapa yang mengangkat seseorang untuk satu jabatan yang berkaitan dengan urusan masyarakt, sedangkan ia mengetahui ada yang lebih tepat, maka sesungguhnya ia telah mengkhianati Allah, Rasul dan kaum muslim “
Selanjutnya pandangan tentang pengaruh yang leader sentris ini sama selama beratus-ratus tahun, tetapi khususnya pada asaat sekarang ini beberapa batasan pandangan muncul. Tipe Leadership terlalu sering digunakan dalam situasi khusus. Pada waktu yang lalu menggunakan istilah strongman, transctor, visionary Hero, dan superleader untuk mengidentifikasi perbedaan tipe pemimpin.
Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan kelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seseorang pemimpin yang baik mampu menggerakan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya memenuhi kepentingan mereka yang terbaik. Tujuan tersebut bersifat umum, seperti menyebarkan ilmu yang bermanfaat ke seluruh dunia, atau khusus seperti mengadakan konferensi mengenai isu tertentu. Apa pun cara yang dilakukan pemimpin hasilnya haruslah memenuhi kepentingan terbaik orang-orang yang terlibat dalam tujuan jangka panjang yang nyata.
Pemimpin mungkin memiliki gaya kepemimpinan demikratik atau otokratik. Pemimpin yang otokratik pada umumnya lebih longgar dan memberikan pengarahan. Pemimpin yang demokratik sering mengajak pengikutnya dalam mengambil keputusan, consensus dan pemberdayaan. Sehingga dikatakan pemimpin adalah bagi mereka yang mampu memengaruhi orang lain dan yang memiliki otoritas manajerial.
Dari beberapa pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa konsep kepemimpinan dalam Islam adalah yang pertama kepemimpinan bukan sekedar kontrak sosial antra sang pemimpin dengan masyarakat, tetapi juga ia merupakan sebuah ikatan perjanjian yang sacral antara pemimpin dan Allah, kedua kepemimpinan menuntut keadilan, karena keadilam adalah merupakan hak bagi semua manusia tanpa memandang dari golongan mana dan atas nama apapun.
115. telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.
Di dalam Islam, arti pentingnya kepemimpinan antara lain ditandaskan dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Umar.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَاْلأِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ أَهْلِِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَاوَمَسْئُولَةٌ, وَالْخَادِمُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ,وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى مَالٍ أَبِيْهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
Terjemahannya:
Dari Ibnu Umar r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda, Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinanmu. Seorang imam adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. Seorang ayah adalah pemimpin dan ia diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. Seorang Ibu adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. Seorang pembantu adalah pemimpin dan ia dimintai pertanggung-jawabannya dalam mengurus harta dan kekayaan tuannya. Seorang anak adalah pemimpin dan ia dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya dalam menjaga harta benda ayahnya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. (H.R Ahmadi)
Dari hadits tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa selama manusia masih merupakan makhluk sosial, mereka selalu ingin hidup bersama dalam masyarakat, baik dalam masyarakat yang primitif maupun modern. Masing-masing individu harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah dilakukannya, baik sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh kelompoknya maupun pemimpin alami, seperti dalam keluarga.
C.    Sifat-Sifat Pemimpin Dalam Islam
Tidak diragukan lagi bahwa Muhammad SAW adalah sosok manusia yang paling ideal, sempurna dalam segala hal. Beliau bukan hanya seorang Nabi dan Rasul pilihan, tapi juga sebagai kepala rumah tangga yang harmonis bagi keluarga-keluarganya, sahabat yang baik bagi sesamanya, huru yang berhasil bagi murid-muridnya, teladan bagi umatnya, panglima yang berwibawa bagi prajuritnya dan pemimpin yang besar bagi kaumnya.
Segala akhlak mulia ada padanya, sehingga Allah sebagai Pemcipta pun memujinya, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Sesungguhnya telah ada pada rahmat) Allah) dan (kedatangan) hari kiamat  dan banyak menyebut Allah.
Keberhasilan beliau sebagai pemimpin, dilandasi sifat-sifat/ kriteria-kriteria pemimpin yang ideal:
1.                   Bertaqwa kepada Allah SWT
Sebagai syarat mutlak sebagai pemimpin. Yang telah menjadi karakter kepribadiannya.
2.                   Amanah
Artinya jujur, tidak pernah berdusta, menepati janji, berani mengatakan yang haq, bertindak adil dan professional. Sifat ini harus menetap pada seseorang jauh selama dia menjadi pemimpin.
Sebagaimana diungkapkan dalam hadit :
3.                   Shiddiq
Membenarkan dan meyakini apa saja yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya sekalipun tidak dapat difahami oleh akal. Tokoh pemimpin berkarakter ini, adalah Abu Bakar Ashiddiq.
Seorang Shidiq sanggup berkata jujur, berani menyampaikan Al-haq dengan segala resikonya, walaupun ia harus terusir dari negerinya. Sabda Rasullah SAW,
4.                   Fathonah
Artinya pintar, cerdas, cermat, cepat mengambil keputusan, tepat menentukan tindakan, mampu membaca keadaan, dan memahami segala permasalahan
5.                   Tabligh
Artinya menyampaikan, pemimpin sebagai informan tentang segala sesuatu yang penting diketahui oleh umat. Khususnya mengenai pesan-pesan agama.
6.                   Tegas dan Teguh pendirian
Dalam urusan tauhid dan Al-Haq dari Allah seorang pemimpin tidak boleh lemah dan ragu. Rasulullah selalu tegas dalam membela agama Islam, tidak tergoda dengan rayuan dan sogokan.
Hai Nabi, Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersifat keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali 

7.                    Lemah Lembut
Rasulullah SAW terkenal dengan sifatnya peramah, bukan pemarah, halus tutur katanya, tidak menyinggung perasaan orang lain. Allah mengabdikan dlam QS.Al-FAth: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih saying sesame mereka
8.                   Pemaaf
Manusia tidak terlepas dari kesalahan dan dosa, apalagi prajurit, staf atau rakyat biasa, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Rasulullah sangat pemaaf walaupun kesalahan sebagian sahabat-sahabatnya sangat fatal yang mengakibatkan kaum muslimin kalah perang di Uhus, dengan besar hati beliau memaafkan sahabatnya dan memohon ampunan bagi mereka.
9.                   Senang bermusyawarah
Musyawarah bukan untuk memaksanakan kehendak, menolak usulan, otoriter dan merasa benar sendiri
10.               Bertawakal kepada Allah
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang bertawakkal kepada-Nya
Tawakal artinya menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah bersungguh-sungguhnya menyusun rencana yang dianggap matang.
11.               Adil
12.               Sabar
13.               Bertanggung jawab
Dari beberapa penjelasan mengenai sifat-sifat pemimpin dalam Islam di atas dapat penulis simpulkan bahwa seluruh sifat-sifat itu merupakan sebuah usaha yang mesti dijalankan dalam setiap tindakan pemimpi sehingga organisasi yang dipimpin akan selalu dalam lindungan-Nya dan menjadi organisasi yang Baldarun Thoibatun WaRabbul Gafur.
D.    Tugas dan tanggungjawab pemimpin dalam Islam
Dalam kehidupan sosial dan keagamaan kepemimpinan adalah suatu yang sangat urgen dalam mencapai cita-cita bersama, hampir tidak kita dapatkan dalam sejarah kehidupan manusia ada suatu pekerjaan dan sebuah cita cita besar yang dapat dicapai tanpa kepemimpinan, oleh karena itu dalam menata kehidupan manusia yang dinamis dan interaktif sudah pasti dituntut adanya seorng pemimpin yang bertugas melaksanakan, memandu dan membawa pekerjaan itu kearah tercapainya sasaran.
Dalam setiap organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin seperti pimpinan tertinggi top manajer yang berfungsi untuk menjalakan tugas kepemimpinan leader action bagi keseluruhan organisasi sebagai satu kesatuan organisasi.
Allah mengutus Rasul-Nya hakekatnya untuk meminpin ummat agar dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya kehidupan, dengan adanya kepemimpinan, suatu ummat atau komonitas akan selalu eksis dan berkembang menuju kebaikan dan reformasi.
1.             Tugas Pemimpin:
Dalam sejarah kepeminnan Islam banyak istilah yang dipakai untuk menyebut seorang pemimpin. Istilah yang dipakai itu sebenarnya mencerminkan tugas yang seharusnya dijalankan oleh seorang pemimpin. Istilah itu diantaranya:
a)             Khalifah
Secara etimologis berarti pengganti atau pelanjut, dan yang dimaksud adalah pengganti dan pelanjut tugas-tugas Rasulullah SAW. Dalam melestarikan nilai nilai agama dan dalam mengatur kehidupan dunia. Maka dengan demikian tugas kepemimpinan dalam Islam adalah melanjutkan tugas tugas risalah yang diemban Rasulullah.
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (al-Baqarah 30).
Apabila mengacu pada ayat di atas kepemimpinan dalam manajemen Islam harus memenuhi tiga syarat yaitu, pemimpin harus dipilih dan diharapkan oleh pendukungnya, pemimpin harus berilmu, dan pasrah kepada Allah.
b)             Imam
Secara etimologis imam artinya yang diikuti dan dita`ati serta diteladani dalam salah satu Hadist Rasulullah bersabda:
انما جعل الامام ليؤتم به
Sesungguhnya seseorang dijadikan imam itu untuk diikuti.
 Ini mengisyaratkan bahwa tugas seorang peminpin itu untuk diikuti dan ditaati.
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا ٧٤
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (al-Furqan 74)
Dalam manajemen pendidikan Islam pelaksanaan kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah:
1)             Kepribadian (personality) pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin hal ini mencngkup nilai-nilai dan latar belakan pemimpin.
2)             Harapandan perilaku atasan dengan tujuan kepemimpinan, yaitu saling menasehati dalam kebenaran.
3)             Karakteristik yang ideal yaitu seperti gaya kepemimpinan Rasulullah SAW yaitu sidiq amanah Tablig fathonah.
4)             Iklim kerja pemimpin
Dalam al-Quran kata imam terulang sebanyak 7 kali atau kata imamah terulang 5 kali yang mempunyai beberapa arti yaitu seperti nabi, pedoman kitab, jalan lurus, pemimpin, seperti konsep ayat di atas
Konsep imam di atas dibagi menjadi dua yaitu imam sebagai kepala keluarga dan imam sebagai pemimpin ummatnya, konsep imam tersebut adalah menyeru kepada hal-hal yang baik dan menghindar dari hal-hal yang mencelakakan.
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْحُذْرِيِّ رَضِيَ الله عنه قال سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . (رواه مسلم )
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri ra. Ia berkata “saya mendengar Rasulullah SAW. Bersabda : “Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia merubah dengan tangannya (kekuasaan), jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa lagi maka dengan hatinya, dan yang terakhir itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
c)             Amier
Secara bahasa amier artinya adalah yang diperintah atau disuruh.Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Umar bin Khaththab RA. Ini menggambarkan bahwa seorang pemimpin itu adalah orang yang siap diperintah dan disuruh oleh umat, demi kepentingan mereka. Oleh karena itu tugas seorang pemimpin dalam Islam adalah melayani ummat bukan yang dilayani oleh ummat. Rasulullah mengatakan:
سيد القوم خادمهم
Pemimpin suatu kaum itu adalah pelayan mereka.
d)            Ra`In
Arti bahasanya adalah pengembala, tugas seorang pengembala adalah menjaga, merawat dan memberi perhatian yang penuh kepada yang digembalanya, dan itulah tugas seorang pemimpin terhadap siapa yang dipimpinnya. Dalam kontek ra’in ini adalah tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya atau ra’iyyah
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah ibn Umar
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال:ألا كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته فالإمام الاعظم الذي على الناس راع وهو مسؤول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته وهو مسؤول عن رعيته والمرأة راعية على أهل بيت زوجها وولده وهي مسؤولة عنهم وعبد الرجل راع على مال سيده وهو مسؤول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimmpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya.
e)             Qaa `Id
Arti bahasanya adalah penuntun, pembimbing, yang artinya seorang pemimpin itu punya tugas sebagai penuntun ummat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar yang diridhai oleh Allah., bukan menjauhkan ummat dari jalan Allah.
Firman Allah swt, Al Anfaal: 27.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Al Anfaal: 27)
f)              Pemimpin bekerja sama dengan orang lain.
 Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
g)             Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (akontabilitas):
h)             Bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi
i)               Menciptakan keseimbangan dalam rangka mencapai tujuan
j)               Seorang pemikir konseptor
k)             Sebagai penengah
l)               Melaksanakan control dan perbaikan-perbaikan.
2.             Fungsi kepemimpinan:
Kepemimpinan dalam Islam memiliki fungsi, baik yang bersifat strategis maupun yang bersifat oprasional, fungsi strategi pemimpin adalah:
a)             Fasilitator yang membantu tercapainya sasaran dan tujuan jamaah.
b)             Dinamisator yang menggerakan dan memotori jama`ah menuju sasaran yang ingin dicapai.
c)             Moral force, atau kekuatan moral yang mampu menjaga kohesi jama`ah dan menyelesaikan konflik serta perselisihan yang mungkin terjadi di dalam jama`ah.
Sedang fungsi operasional pemimpin adalah:
a.              Organisator yang mengorganisir dan mengatur relasi dan keterikatan antar individu atau kelompok yang ada dalam jamaah.
b.             Manajer, yang memenej berbagai potensi yang ada dalam jama`ah untuk kemudian dimanfaatkan untuk mencapai tujuan jamaah.
c.              Administrator yang menata, menjaga,mengevaluasi hasil hasil yang sudah dicapai oleh jamaah. untuk mencapai tujuan yang lebih jauh lagi.
REF: 
http://oneday915.blogspot.co.id/2014/10/konsep-manajemen-dan-kepemimpinan-dalam.html
Back To Top