Pemimpin ideal menurut Islam erat
kaitannya dengan figur Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan
juga pemimpin negara. Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap
orang, termasuk para pemimpin karena dalam diri beliau hanya ada
kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Hal ini sejalan dengan firman Allah
dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah. (QS Al-Ahzab:21)
Sebagai pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin, Rasulullah dikaruniai empat sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat.
1. Sidiq/Jujur
Kejujuran adalah lawan dari dusta dan
iamemiliki arti kecocokan sesuatusebagaimana dengan fakta. Di antaranya
yaitu kata “rajulun shaduq (sangatjujur)”, yang lebih mendalammaknanya
daripada shadiq (jujur).Al-mushaddiqyakni orang yang membenarkan
setiapucapanmu, sedang ash-shiddiq ialah orangyang terus menerus
membenar-kan ucapan orang, danbisa juga orang yang selalumembuktikan
ucapannya dengan perbuatan.Di dalam al-Qur’an disebutkan (tentangibu Nabi Isa), “Dan ibunya adalah seorang”shiddiqah.” (Al-Maidah: 75).Maksudnya ialah orang yang selalu berbuat jujur.
Kejujuran merupakan syarat utama bagi
seorang pemimpin. Masyarakat akan menaruh respek kepada pemimpin apabila
dia diketahui dan juga terbukti memiliki kwalitas kejujuran yang
tinggi. Pemimpin yang memiliki prinsip kejujuran akan menjadi tumpuan
harapan para pengikutnya. Mereka sangat sadar bahwa kualitas
kepemimpinannya ditentukan seberapa jauh dirinya memperoleh kepercayaan
dari pengikutnya. Seorang pemimpin yang sidiq atau bahasa lainnya honest
akan mudah diterima di hati masyarakat, sebaliknya pemimpin yang tidak
jujur atau khianat akan dibenci oleh rakyatnya. Kejujuran seorang
pemimpin dinilai dari perkaataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur
adalah manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan
cerminan dari hatinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
disifati dengan ash-shadiqul amin (jujur dan terpercaya) , dan sifat ini
telah diketahui oleh orang Quraisy sebelum beliau diutus menjadi rasul.
Demikian pula Nabi Yusuf ’alaihis salam juga disifati dengannya,
sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala(Setelah pelayan itu berjumpa
dengan Yusuf dia berseru), “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya.” (QS.Yusuf: 46)
Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
juga mendapatkan julukan ini (ash-shiddiq). Ini semua menunjukkan hawa
kejujuran merupakan salah satuperilaku kehidupan terpenting para rasul
dan pengikut mereka.Dan
kedudukantertinggi sifat jujur adalah “ash-shiddiqiyah” Yakni tunduk
terhadap rasulsecara utuh (lahir batin) dan diiringi keikhlasan secara
sempurna kepadaPengutus Allah.
Imam Ibnu Katsir berkata, “Jujur
merupakan karakter yang sangat terpuji, oleh karena itu sebagian besar
sahabat tidak pernah coba-coba melakukan kedustaan baik pada masa
jahiliyah maupun setelah masuk Islam. Kejujuran merupakan cirrikeimanan,
sebagaimana pula dusta adalah ciri kemunafikan, maka barang siapajujur
dia akan beruntung.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/643)
Dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 119,
Allah SWT mengisyaratkan kepada muslimin untuk senantiasa bersama
orang-orang yang jujur.
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.( QS. At-Taubah:119)
Rasulullah SAW bersabda mengenai pentingnya kejujuran.
“Jauhilah dusta karena dusta akan
membawa kepada dosa dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata
jujur karena jujur akan membawamu kepada kebajikan dan kebajikan
membawamu ke surga” (HR Bukhari dan Muslim)
2. Amanah/Terpercaya
Muhammad SAW bahkan sebelum diangkat
menjadi rasul telah menunjukkan kualitas pribadinya yang diakui oleh
masyarakat Quraish. Beliau dikenal dengan gelar Al-Amien, yang
terpercaya. Oleh karena itu ketika terjadi peristiwa sengketa antara
para pemuka Quraish mengenai siapa yang akan meletakkan kembali hajar aswad setelah renovasi Ka’bah, meraka dengan senang hati menerima Muhammad sebagai arbitrer, padahal waktu itu Muhammad belum termasuk pembesar.
Amanah merupakan kwalitas wajib yang
harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin
akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di
atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat berupa penyerahan segala macam
urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan
bersama.
Terjadinya banyak kasus korupsi di negara
kita, merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia miskin pemimpin yang
amanah. Para pemimpin dari mulai tingkat desa sampai negara telah
terbiasa mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan cara memanfaatkan
jabatan sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri. Pemimpin semacam ini
sebenarnya tidak layak disebut sebagai pemimpin, mereka merupakan para
perampok yang berkedok.
Mengenai nilai amanah, Daniel Goleman mencatat beberapa ciri orang yang memiliki sifat tersebut.
- Dia bertindak berdasarkan etika dan tidak pernah mempermalukan orang
- Membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri dan autentisitas (kemurnia/kejujuran)
- Berani mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidka etis ornag lain
- Berpegang kepada prinsip secara teguh, walaupun resikonya tidak disukai serta memiliki komitmen dan menepati janji
- Bertangung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan serta terorganisir dan cermat dalam bekerja.
Amanah erat kaitanya dengan janggung
jawab. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang bertangggung jawab.
Dalam perspektif Islam pemimpin bukanlah raja yang harus selalu dilayani
dan diikuti segala macam keinginannya, akan tetapi pemimpin adalah khadim. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan “sayyidulqaumi khodimuhum”, pemimpin sebuah masyarakat adalah pelayan mereka.
Sebagai seorang pembantu, pemimpin harus
merelakan waktu. Tenaga dan pikiran untuk melayani rakyatnya. Pemimpin
dituntut untuk melepaskan sifat individualis yang hanya mementingkan
diri sendiri. Ketika menjadi pemimpin maka dia adalah kaki-tangan rakyat
yang senantiasa harus melakukan segala macam pekerjaan untuk kemakmuran
dan keamanan rakyatnya.
Dalam buku The 21 Indispensable Quality of Leader,
John C. Maxwell menekankan bahwa tanggung jawab bukan sekedar
melaksanakan tugas, namun pemimpin yang bertanggung jawab harus
melaksanakan tugas dengan lebih, berorienatsi kepada ketuntasan dan
kesempurnaan. “Kualitas tertinggi dari seseorang yang bertangging jawab adalah kemampuannya untuk menyelesaikan".
3. Tablig/Komunikatif
Kemampuan berkomunikasi merupakan
kualitas ketiga yang harus dimiliki oleh pemimpi sejati. Pemimpin bukan
berhadapan dengan benda mati yang bisa digerakkan dan dipindah-pindah
sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi pemimpin berhadapan dengan
rakyat manusia yang memiliki beragam kecenderungan. Oleh karena itu
komunikasi merupakan kunci terjainnya hubungan yang baik antara pemimpin
dan rakyat.
Pemimpin dituntut untuk membuka diri
kepada rakyatnya, sehingga mendapat simpati dan juga rasa cinta.
Keterbukaan pemimpin kepada rakyatnya bukan berarti pemimpin harus
sering curhat mengenai segala kendala yang sedang dihadapinya, akan
tetapi pemimpin harus mampu membangun kepercayaan rakyatnya untuk
melakukan komunikasi dengannya. Sebagai contoh, Rasulullah SAW pernah
didatangi oleh seorang perempuan hamil yang mengaku telah berbuat zina.
Si perempuan menyampaikan penyesalannya kepada Rasul dan berharap
diberikan sanksi berupa hukum rajam. Hal ini terjadi karena sebagai
seorang pemimpin Rasulullah membuka diri terhadap umatnya.
Salah satu ciri kekuatan komunikasi
seorang pemimpin adalah keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun
konsekwensinya berat. Dalam istilah Arab dikenal ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau sampaikanlah kebenaran meskipun pahit rasanya.
Tablig juga dapat diartikan sebagai
akuntabel, atau terbuka untuk dinilai. Akuntabilitas berkaitan dengan
sikap keterbukaan (transparansi) dala kaitannya dengan cara kita
mempertanggungkawabkan sesuatu di hadapan orang lain. Sehingga,
akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas. Bertambah baik
dan benar akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar tabungan
kredibilitas sebagai hasil dari setoran kepercayaan orang-orang kepada
kita.
4. Fathonah/Cerdas
Seorang pemimpin harus memiliki
kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya sehinga memiliki kepercayaan
diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam memecahkan segala
macam persoalan yang terjadi di masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak
mudah frustasi menghadapai problema, karena dengan kecerdasannya dia
akan mampu mencari solusi. Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan
masalah berlangsung lama, karena dia selalu tertantang untuk
menyelesaikan masalah tepat waktu.
Contoh kecerdasan luar biasa yang
dimiliki oleh khalifah kedua Sayyidina Umar ibn Khattab adalah ketika
beliau menerima kabar bahwa pasukan Islam yang dipimpin oleh Abu Ubaidah
ibnu Jarrah yang sednag bertugas di Syria terkena wabah mematikan.
Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, Umar ibn Khattab segera
berangkat dari Madinah menuju Syria untuk melihat keadaan pasukan muslim
yang sedang ditimpa musibah tersebut. Ketika beliau sampai di
perbatasan, ada kabar yang menyatakan bahwa keadaan di tempat pasukan
mulimin sangat gawat. Semua orang yang masuk ke wilayah tersebut akan
tertular virus yang mematikan. Mendengar hal tersebut, Umar ibn Khattab
segera mengambil tindakan untuk mengalihkan perjalanan. Ketika ditanya
tentang sikapnya yang tidak konsisten dan dianggap telah lari dari
takdir Allah, Umar bin Khattab menjawab, “Saya berplaing dari satu
takdir Allah menuju takdir Allah yang lain”.
Kecerdasan pemimpin tentunya ditopang
dengan keilmuan yang mumpuni. Ilmu bagi pemimpin yang cerdas merupakan
bahan bakar untuk terus melaju di atas roda kepemimpinannya. Pemimpin
yang cerdas selalu haus akan ilmu, karena baginya hanya dengan keimanan
dan keilmuan dia akan memiliki derajat tinggi di mata manusia dan juga
pencipta. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.
Hai orang-orang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS.Al Mujadalah:11)
Kepemimpinan menurut Rivai juga memiliki beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam adalah sebagai berikut: .
a. Setia; Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.
b. Tujuan; Pemimpin melihat tujuan
organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok tetapi juga dalam
ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.
c. Berpegang pada Syariat dan Akhlak
Islam; Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, boleh menjadi pemimpin
selama ia berpegang pada perintah syariat. Waktu mengendalikan urusannya
ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan
dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
d. Pengemban Amanah; menerima kekuasaan
sebagai amanah dari Allah yang disertai oleh tanggung jawab yang besar.
Qur’an memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan
menunjukkan sikap baik kepada pengikutnya.
Yaitu orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar.
e. Tidak sombong; Menyadari bahwa diri
kita ini adalah kecil, karena yang besar hanya Allah SWT, sehingga
allahlah yang boleh sombong. Sehingga kerendahan hati dalam memimpin
merupakan salah satu ciri kepemimpinan yang patut dikembangkan.
f. Disiplin, konsisten dan
konsekwen; Sebagai perwujudan seorang pemimpin yang profesional yang
akan memegang teguh janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan, karena
ia menyadari bahwa Allah SWT mengetahui semua yang ia lakukan
bagaimanapun ia berusaha menyemunyikannya.
Ciri-ciri kepemimpinan diatas dapat
diaplikasikan pada kepemimpinan sekarang. Tugas seorang pemimpin ini
adalah mengawasi, memimpin, dan memperhatikan ummat Islam.
diadobsi dari: https://jurnalalishlah.wordpress.com
0 Komentar untuk "Ciri-ciri peminpin dalam Islam"